LPPM UPI berkolaborasi dengan Pemprov Jawa Barat: Upaya Bersama Mewujudkan Jabar Zero New Stunting di Kelurahan Jamika
TP | Jabar, – Zero New Stunting merupakan program unggulan Gubernur Jawa Barat dalam mendukung program nasional untuk menurunkan prevalensi stunting dengan target capaian 14% pada akhir tahun 2024.
Zero New Stunting sendiri memiliki arti tidak ada penambahan angka stunting baru. Untuk mewujudkan Jawa Barat Zero New Stunting, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan berbagai Upaya Kolaboratif.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah menjalin kerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
LPPM UPI melalui Program MBKM UPI Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan (P2MB) ini, UPI melibatkan 426 orang yang terbagi dalam beberapa kelompok dan tersebar di lima daerah yaitu kota Bandung, kabupaten Sumedang, kabupaten Bandung, kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi.
Melalui program ini, Pemerintah Provinsi Jawa barat berharap UPI dapat berkontribusi membantu Pemda untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat, khususnya dalam mendukung program “Jabar Zero New Stunting” Dari beberapa kelompok yang ditugaskan langsung oleh LPPM untuk mengatasi stunting, salah satunya adalah Kelompok 2 yang bertugas di Kelurahan Jamika, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. Kelompok ini terdiri dari 9 orang, yaitu Muhammad Noval Maulana, Naira Sabiha Hasna, Suza Maqrifa, Imma Sabila Juhaida, Sintya Nurhalliza Mardiana, Yesa Rahayu, Mohamad Refi Pramudja dan Mochammad Syauqi Syukur.
Di Kelurahan Jamika, angka stunting dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan, dari 63 kasus pada 2021 menjadi 99 kasus pada 2023. Menurut Bu Ani, selaku Koordinator Posyandu, kenaikan ini dipengaruhi oleh menurunnya kunjungan ke Posyandu pada tahun 2021 akibat pandemi Covid-19, sehingga menyebabkan lonjakan kasus stunting pada tahun berikutnya.
Selain itu, salah satu kendala utama yang menyebabkan tingginya prevalensi stunting di Kelurahan Jamika adalah kurangnya perhatian dari ibu-ibu terhadap gizi anak, serta ketidaktahuan mengenai dampak buruk stunting pada tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, kelompok 2 yang bertugas di Kelurahan Jamika berupaya mencegah terjadinya kasus stunting baru dengan bersinergi bersama pihak kelurahan untuk melaksanakan berbagai program pencegahan Stunting.
Kami berhasil menjalankan program yang kami rancang dan kami berharap program tersebut dapat memberikan dampak langsung pada kesehatan balita serta meningkatkan kesadaran Masyarakat akan pentingnya mencegah stunting dalam pertumbuhan anak. Program tersebut meliputi pendampingan posyandu rutin di setiap RW, pemberian makanan tambahan bagi balita yang terindikasi stunting, serta kegiatan penanaman sayur-mayur di Buruan Sehat, Alami, Ekonomis (SAE).
Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan konsumsi makanan sehat dan bergizi bagi keluarga, terutama anak-anak. Tak hanya itu, Kelompok 2 juga mengadakan seminar “Edukasi Pencegahan Stunting” dan cooking demo dengan menu “Pancake Pisang Madu dan Egg Roll Tahu”, yang mengajarkan masyarakat cara mengolah makanan sehat, bergizi, dan harga yang terjangkau.
Dengan melibatkan masyarakat secara langsung, program ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan keterlibatan mereka dalam upaya pencegahan stunting. Program – program tersebut juga dihadiri langsung oleh ibu hamil dan ibu yang anaknya teridentifikasi stunting, serta didukung oleh kehadiran ibu-ibu PKK dari setiap RW.
Selain program itu, kami juga mengadakan program pelatihan tari sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki banyak manfaat, yang melibatkan siswi di SDN 251 Jamika, tidak hanya untuk menumbuhkan minat dan bakat, tetapi juga untuk melestarikan budaya Indonesia.
Kegiatan ini dapat memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan kreativitas dan meningkatkan rasa percaya diri mereka. Selain itu, dengan melibatkan siswa dalam aktivitas positif seperti ini, secara tidak langsung dapat menurunkan resiko pernikahan dini.
Pernikahan dini sering kali berhubungan dengan masalah sosial yang lebih besar, termasuk stunting, karena pasangan muda cenderung kurang siap secara fisik, emosional, dan finansial untuk membesarkan anak dengan baik.
Dengan memberikan alternatif kegiatan yang menyenangkan dan edukatif seperti pelatihan tari, hal ini turut menciptakan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan perencanaan hidup yang lebih baik, yang dapat berkontribusi pada pencegahan stunting di masa depan.
Dibalik keberhasilan menjalankan program – program tersebut, kami tidak terlepas dari kendala. Menurut Muhammad Noval Maulana selaku ketua kelompok “Mungkin yang menjadi kendala utama yang dihadapi kelompok kami adalah tidak adanya mahasiswa dari kelompok kami yang berasal dari Program Studi yang berkaitan langsung dengan Stunting, Bahkan, saya sendiri berasal dari Program Studi Pendidikan Otomotif, sementara teman – teman lainnya berasal dari Manajemen Industri Katering, Pendidikan Seni Tari dan Pendidikan Sejarah”.
Namun, hal itu tidak menjadi alasan bagi kami untuk tidak menjalankan tugas kami dalam mewujudkan Jabar Zero New Stunting. Untuk mengatasi kendala tersebut kami bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, seperti Puskesmas, BKKBN kelurahan Jamika, serta perangkat kelurahan yang bersangkutan.
Dari beberapa program yang kami laksanakan di kelurahan Jamika, diharapkan dapat memberikan dampak jangka panjang dalam menurunkan angka stunting di daerah tersebut. Selain itu, kegiatan ini juga memperkuat peran masyarakat dalam menjaga kesehatan keluarga, dengan melibatkan mereka dalam setiap tahap pelaksanaan program. Dengan sinergi yang kuat antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan masyarakat, upaya menanggulangi stunting di Kelurahan Jamika menjadi contoh baik bagi daerah lainnya di Indonesia. (Red)